Pakaian Adat Aceh – Dari Sabang sampai Merauke,
Indonesia terdiri dari 34 provinsi dengan sejuta keberagaman suku
bangsanya. Kebudayaan mulai dari bahasa, rumah adat, karakteristik
penduduk, hingga pakaian adat.
aceh-art.blogspot.co.id
Di
Aceh ini, adat dan kebudayaannya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
Islam dari Arab, sehingga provinsi ini dijuluki dengan nama “serambi
mekah”.
Gaya berpakaianan merupakan salah satu budaya dalam adat
Nangroe Aceh Darussalam yang berakulturasi dengan budaya Islam. Pakaian
adat Aceh ini merupakan akulturasi antara budaya melayu dan budaya
Islam, baik pakaian adat untuk pria maupun untuk wanita.
Pakaian
adat Aceh untuk pria disebut Linto Baro, sedangkan pakaian untuk wanita
disebut Daro Baro. Pakaian adat tersebut memiliki ciri khas
masing-masing pada setiap bagian-bagiannya.
Agar bisa lebih paham, berikut ini akan dijelaskan mengenai pakaian adat aceh pria dan wanita.
Pakaian Adat Aceh untuk Pengantin Pria
Pakaian
adat aceh untuk pria disebut dengan Linto Baro. Pakaian ini
diperkirakan sudah ada sejak zaman kerajaan Perlak dan Samudra Pasai.
Awalnya, pakaian adat ini dipakai oleh pria dewasa untuk menghadiri
upacara adat atau upacara kepemerintahan.
Pakaian Linto Baro
terdiri atas baju atasan yang disebut baju Meukasah, celana panjang yang
disebut siluweu, kain sarung bernama ijo krong, sebilah s
iwah atau rencong yang menjadi senjata tradisional khas Aceh, serta tutup kepala bernama Meukeutop.
Berikut ini penjelasan lengkapnya tentang bagian-bagian pada pakaian adat aceh pria.
Baju Meukeusah
Baju
meukeusah merupakan baju yang terbuat dari kain sutra yang ditenun dan
biasanya mempunyai warna dasar hitam. Warna dasar hitam ini dalam
kepercayaan adat Aceh merupakan lambang kebesaran, sehingga baju
Meukeusah ini merupakan baju kebesaran adat Aceh.
Pada baju
meukeusah ini dapat kita temukan sulaman benang emas yang mirip seperti
kerah baju China. Hal ini diperkirakan karena adanya asimilasi budaya
Aceh dengan budaya China yang dahulu dibawa oleh para pelaut dan
pedagang China.
Celana (Sileuweu)
Sileuweu
merupakan celana panjang yang dikenakan oleh pria pada pakaian adat
Aceh. Sama halnya seperti baju meukesah, maka celana ini warnanya juga
hitam. Celana atau Sileuweu ini terbuat dari kain dengan bahan katun.
Menurut beberapa sumber, celana ini disebut Celana Cekak Musang, yaitu celana khas adat Melayu.
Untuk
menambah tingkat kewibawaan, celana cekak musang ini dilengkapi dengan
sarung dari kain songket yang berbahan sutra. Kain sarung ini dinamakan
Ija Lamgugap, Ija krong, atau ija sangket. Dikenakan dengan cara
diikatkan ke pinggang dan panjangnya hanya sebatas lutut saja atau bisa
kurang lebih 10 cm di atas lutut.
Tutup Kepala (Meukotop)
Untuk
melengkapi pakaian adat Aceh, kepala pria ditutup dengan kopiah bernama
Meukeutop. Kopiah ini merupakan salah satu pengaruh budaya Islam dalam
adat Aceh.
Meukotop sendiri berbentuk lonjong ke atas dan
dilengkapi dengan lilitan Tangkulok, yaitu lilitan yang dibuat dari
tenunan sutra dengan hias bintang persegi 8 berbahan bahan emas atau
kuningan.
Senjata Tradisional Aceh
Seperti
halnya kebanyakan pakaian adat dari setiap provinsi di Indonesia, maka
pakaian adat Aceh juga dilengkapi dengan pemakaian senjata tradisional
sebagai pelengkapnya.
Senjata tradisional Aceh ini diberi nama
Rencong. Biasanya dipakai dengan cara diselipkan pada lipatan sarung di
bagian pinggang, kemudian bagian kepala Rencong dibiarkan menonjol
keluar.
Pakaian Adat Aceh untuk Pengantin Wanita
Pakaian
adat Aceh untuk wanita disebut dengan pakaian Daro Baro. Pada umumnya
pakaian ini mempunyai warna yang lebih cerah dibandingkan pakaian pria
Linto Baro.
Warna merah, kuning, hijau, atau ungu merupakan
beberapa warna yang biasa digunakan. Secara desain, pakaian ini
terbilang sangat tertutup karena memunculkan karakter Islami.
Berikut ini perlengkapan pakaian adat wanita:
Baju Kurung
Baju
kurung merupakan baju atasan untuk wanita dan memiliki lengan panjang.
Baju ini mempunyai kerah dan motif yang berupa sulaman benang emas yang
khas layaknya baju China.
Kemudian dari segi bentuk, baju ini
terbilang besar, longgar, dan panjangnya sampai pinggul. Hal ini
bertujuan untuk menutup seluruh aurat termasuk lekuk tubuh si wanita
yang memakainya.
Dilihat dari bentuk dan motifnya, maka baju ini merupakan hasil akulturasi antara budaya Melayu, Arab, dan juga Tionghoa.
Celana Cekak Musang
Secara umum, celana yang dipakai pada pakaian adat Aceh baik untuk pria maupun wanita adalah sama saja.
Celana
cekak musang ini dilengkapi hiasan dengan melilitkan sarung hingga
mencapai lutut. Pada umumnya celana ini sering digunakan pada
pertunjukan tari saman.
Penutup Kepala
Pada
bagian kepala wanita yang memakai pakaian adat Aceh ini harus ditutupi,
karena untuk menutupi rambut yang merupakan aurat pada wanita. Hal ini
sesuai dengan julukan serambi Mekkah yang di sandangnya.
Bagian
kepala wanita Aceh ditutup dengan menggunakan kerudung dengan
bertahtakan bunga-bunga segar yang biasa disebut dengan patham dhoi.
Perhiasan
Perhiasan
yang dipakai oleh pengantin perempuan sangat bermacam-macam, mulai
dari patam dhoe, subang bungong mata uroe, subang pinto aceh, taloe
keutab lhee lapeh, simplah, taloe kiieng, keureusang, peuniti, ikay,
gleung joroe, euncien pinto aceh, gleueng jaroe pucok reubong, dan
gelang kaki.
Agar lebih jelas, berikut ini akan dijelaskan perhiasaan-perhiasan tersebut.
Patam dhoe
Merupakan
salah satu perhiasan yang diletakkan pada dahi. Perhiasan ini bentuknya
seperti mahkota dan bagian tengahnya diukir dengan motif tumpal dan
sulur daun.
Perhiasan ini terbuat dari emas 24 karat dan juga lima butir serkonia putih, sehingga beratnya mencapai 160 gram.
Pada
bagian kanan dan kirinya dihiasi dengan motif daun, pohon, dan bunga
yang berbentuk hati. Kemudian pada bagian tengahnya diukir piligram yang
berbentuk kaligrafi tulisan Allah dan Muhammad, motif ini disebut
dengan bungong kalimah. Kaligrafi ini dilingkari dengan ukiran motif
bunga dan bulatan-bulatan kecil di sekelilingnya.
Apabila pengantin perempuan telah mengenakan perhiasan ini berarti sejak saat itu ia telah dinobatkan sebagai isteri yang sah, terlepas dari tanggung jawab orang tuanya, dan telah resmi membentuk rumah tangga sendiri.
Subang pinto aceh
Merupakan
sepasang subang atau anting yang dibuat dari emas 22 karat. Subang ini
biasanya memilik motif boh eungkot yaitu bulatan-bulatan kecil seperti
telur ikan yang terinspirasi dari bentuk pintu rumah adat Aceh. Sebagai
hiasan tambahan, pada bagian bawahnya dikasih rumbai-rumbai yang
bentuknya seperti rantai.
Subang bungong mata uroe (sabang bunga matahari)
Merupakan
sepasang subang yang dibuat dari emas dan permata. Motif subang ini
mirip seperti bunga matahari. Ujung kelopaknya runcing dan terdiri dari
beberapa bagian. Pada bagian atasnya berupa lempengan yang jumlahnya 16
helai dan berbentuk matahari yang kemudian tengahnya diberi hiasan
dengan memasang beberapa buah batu permata dan dimasukkan ke dalam pipa
yang disebut eumpung mata atau kuk anam. Kemudian pada bagian tengahnya
terdapat sari bunga yang disebut dadamon dan pada bagian bawah disebut
bingke.
Taloe Takue Bieng Meuih
Merupakan
sebuah kalung yang dibuat dari emas. Kalung ini terdiri dari satu rantai
dan mmemiliki tujuh keping hiasan yang dimana 6 kepingnya berbentuk
hati dan satu kepingnya lagi berbentuk kepiting.
Euntuek Bungong Ranub
Adalah
sebuah kalung yang dibuat dari emas dan diberi motif buang sirih atau
bungong ranub. Kemudian, euntuek ajeumat atau kalung azimat adalah
kalung manik-manik yang diberi motif boh bili.
Pada bagian tengah
kalung ini digantungkan sebuah azimat yang dibuat dari emas dan memiliki
ukiran motif bunga dan juga daun yang dikasih cawardi.
Keutab lhee lapeh (kalung tiga lapis)
Adalah
kalung yang dibuat dari perak sepuh emas. Kalung ini berbentuk seperti
bulan sabit bersusun tiga yang satu dengan lainnya dihubungkan dengan
rantai.
Setiap susun dari rantai ini diberi motif bungong urot atau suluran dan pada tengahnya diberi permata berwarna merah delima.
Keureusang (bross)
Merupakan
perhiasan pada dada yang disematkan di baju adat wanita. Perhiasan ini
dibuat dari emas dan bertatahkan intan serta berlian. Keseluruhan
bentuknya seperti hati dan dihiasi dengan intan dan juga berlian
sejumlah 102 butir.
Keureusang ini dipakai dan disematkan pada
baju atau seperti layaknya peniti pada bagian dada. Oleh karena itu,
perhiasan ini termasuk barang mewah, dan yang memakai perhiasan ini
umumnya adalah orang-orang tertentu saja.
Peuniti adalah seuntai peniti yang terbuat dari emas
Peniti
ini memiliki bentuk tiga buah hiasan dengan motif pinto Aceh yang
dibuat dengan ukiran piligram dan kemudian dijalin dengan motif
berbentuk pucuk pakis atau bunga.
Pada bagian tengah terdapat
motif boh eungkot atau bulatan-bulatan kecil berbentuk seperti telur.
Selain sebagai perhiasan, peniti ini juga berfungsi sebagai penyemat
baju
Simplah
Adalah juga salah satu
perhiasan pada dada yang dipakai oleh wanita. Simplah ini terbuat dari
perak sepuh. Simplah terdiri dari 24 buah lempengan bersegi enam serta
dua buah lempengan bersegi delapan. Setiap lempengannya dihiasi
menggunakan ukiran motif daun atau bunga serta permata merah di
tengahnya.
Lempengan-lempengan tersebut dihubungkan dengan dua
untai rantai yang ukuran panjangnya sekitar 51 cm dan lebarnya 5 cm.
Cara memakainya yaitu dengan digantungkan pada kedua pundak dengan cara
menyilang di bagian dada dan punggung.
Taloe kiieng
Adalah
seutas tali pinggang yang terbuat dari perak sepuh emas. Tali pinggang
ini terdiri dari sepuluh lempengan, dan masing-masingnya dihubungkan
dengan sistem engsel.
Bentuk lempengan masing-masing persegi empat
panjang. Lempengan yang paling ujungnya memiliki bentuk oval dah diberi
kain untuk menyangkutkannya pada lubang lempengan yang paling akhir.
Ikay
Ialah
sebuah gelang yang dipakai di tangan dan terbuat dari emas, suasa, dan
perak. Bentuk dari Ikay ini seperti lingkaran sebuah roda.
Bagian
dalam (dasar) terbuat dari lempengan perak, kemudian pada bagian luarnya
atau atasnya dilapisi dengan suasa dan emas dengan ukiran motif putar
tali dan bungong tanjung. Gelang ini dipakai pada bagian atas dari siku.
Di daerah Gayo dan Alas gelang ini disebut “keheng”.
Gleung joroe
Merupakan
sebuah gelang tangan yang bahannya dibuat dari emas dan permata. Gelang
ini 5 lima rantai yang saling terkait dan masing-masing rantai
dihubungkan degan dua lempengan emas.
Pada bagian pinggir sebelah
depan dihiasi dengan ukiran motif pucuk rebung. Kedua bagian pangkal
penghubung diberi ukiran suluran dan disematkan masing-masing sisi lima
butir permata. Sedangkan, bagian badan diberi motif bungong kupula
(bunga tanjung) yang bersemat sebutir permata.
Gleueng jaroe pucok reubong
Merupakan
sepasang gelang tangan yang dibuat dari perak sepuh. Gelang ini terbagi
menjadi dua bagian yang dihubungkan dengan sistem engsel.
Bagian
atas berupa ukiran piligram dengan motif tumpal dan kaligrafi (bungong,
kalimah) bertuliskan “Allah” yang kemudian melingkari sekeliling gelang
tersebut.
Gelang ini dipakai pada kedua belah tangan.
Euncien pinto aceh (cincin pintu aceh)
Adalah
sebuah cincin yang dibuat dari emas dan terdapat hiasan motif pintu
aceh. Motif ini dibuat dengan ukiran terawang dengan pucuk pakis dan
bunga.
Pada bagian tengahnya terdapat motif boh eungkot atau telur
ikan. Motif ini teranspirasi dari bentuk pintu rumah Aceh yang sekarang
dikenal sebagai motif ukiran khas Aceh.
Gleueng goki (gelang kaki)
adalah
satu-satunya perhiasan yang dikenakan pada kaki kaki kiri dan kanan.
Gelang ini terbuat dari tembaga berlapiskan perak sepuh.
Pada
kedua bagian ujungnya sedikit pipih dan saling bertindih. Gelang ini
dilengkapi dengan hiasan motif pilin tali menggunakan teknik cane intan
atau menggunakan jalur-jalur yang mengkilap.
Kesimpulan
Pakaian Adat Aceh untuk Pria
- Pria memakai Baje Meukasah atau baju jas leher tertutup dengan memiliki sulaman keemasan menghiasi krah baju. Jas ini dilengkapi celana panjang yang disebut Cekak Musang.
- Kain sarung (Ija Lamgugap) dilipat di pinggang berkesan gagah. Kain sarung ini terbuat dari sutra yang disongket.
- Sebilah rencong atau Siwah yang berkepala emas atau perak dan berhiaskan permata dan diselipkan pada ikat pinggang.
- Bagian kepala pria ditutupi dengan kopiah yang sanat terkjenal dengan sebutan Makutup. Tutup kepala ini dililit oleh Tangkulok yang terbuat dari kain tenunan atau Tompok dari emas.
- Tompok ialah hiasan bintang persegi delapan, bertingkat, dan terbuat dari logam mulia.
- Bagi laki-laki, warna pakaian adat umumnya didominasi oleh warna hitam, baik baju maupun celana. Hal ini karena warna hitam ini dipercaya sebagai simbol kebesaran.
- Jika ada acara besar seperti pernikahan dan adat lainnya, pakaian hitam menandakan kemegahan dan kemuliaan.
- Kekeliruan dalam memilih warna yang lain akan diklaim sebagai warga masyarakat yang tidak paham dan tidak menghargai adat yang sudah turun temurun diterapkan masyarakat Aceh.
Pakaian Adat Aceh untuk Wanita
- Wanita memakai baju kurung dengan lengan panjang sampai sepinggul. Krah pada bajunya sangat unik menyerupai krah baju khas China.
- Celana cekak musang dan sarung (Ija Pinggang) memiliki corak yang dilipat hingga ke lutut, coraknya ini bersulamkan emas.
- Perhiasan yang dipakai: Kalung yang disebut Kula.
- Hiasan lain seperti Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (Pending) berwarna emas.
- Bagian rambut ditarik ke atas sehingga membentuk sanggul kecil dengan hiasan kecil dan bercorak bunga.
- Warna pada pakaian wanita mempunyai motif yang beragam seperti merah, hijau, atau kuning yang mengisyaratkan keindahan, keanggunan, kesetiaan dan keberanian.
- Unsur yang paling mencolok dan harus ada bagi wanita adalah aksesoris pelengkap seperti perhiasan berupa gelang, kalung, dan mahkota yang menandakan bahwa sejak zaman dahulu wanita Aceh sudah dimuliakan dan diberikan harta yang cukup bagi kemakmurannya berumah tangga.
Pada mulanya atau pada zaman dahulu terdapat
beberapa tingkatan status sosial yang ada pada masyarakat Aceh,
khususnya adalah daerah Aceh Barat. Hal ini menyebabkan baju adat Aceh
Barat memiliki beragam variasi, diantaranya adalah pakaian sebagai
berikut:
- Ulee Balang, yaitu busana untuk para raja beserta keluarganya.
- Ulee Baling, yaitu busana untuk Cut dan para Ulama.
- Patut-patut atau pejabat negara, yaitu pakaian untuk para tokoh masyarakat.
- Rakyat jelata, yaitu memakai busana adat Aceh.
Gambar Pakaian Adat Aceh
Agar bisa mengetahui lebih lanjut mengenai pakaian adat Aceh maka berikut ini disajikan gambar-gambar yang berkaitan.
Gambar Pakaian Adat Aceh Untuk Pria
Berikut ini beberapa gambar pakaian untuk pria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar